PAPUA - Di balik heningnya hutan lebat dan sunyinya pegunungan Papua, suara-suara kecil dari masyarakat pedalaman mulai menggema. Mereka bukan menuntut kemewahan, bukan pula kekuasaan mereka hanya ingin hidup tenang. Bebas dari ancaman, bebas dari intimidasi, dan bebas menjalani hidup sebagai manusia yang merdeka di tanah kelahiran mereka sendiri.
Di tengah keterbatasan infrastruktur dan bayang-bayang ketakutan akibat ulah kelompok separatis bersenjata, masyarakat di berbagai wilayah pedalaman Papua menyatakan harapan besar akan kehadiran aparat keamanan (Apkam). Bagi mereka, kehadiran negara melalui TNI dan Polri bukan hanya simbol kekuatan, tetapi juga harapan baru untuk lepas dari tekanan hidup yang menyesakkan.
Pater Gabriel Douw, tokoh masyarakat dari Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, menyuarakan isi hati warganya yang selama ini hidup dalam ketakutan akibat keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
“Kami ingin hidup damai. Kami ingin anak-anak sekolah tanpa takut, petani ke ladang tanpa merasa diawasi, dan keluarga bisa tidur nyenyak tanpa khawatir rumahnya diserang. Kami sangat berharap aparat keamanan hadir dan menjaga semua itu, ” ungkapnya, Kamis (15/5/2025).
Menurutnya, masyarakat sipil sering kali menjadi korban dalam konflik bersenjata. OPM bahkan kerap menjadikan warga sebagai tameng hidup, memaksa mereka menyerahkan logistik, dan mengintimidasi yang tidak patuh.
Mama Dorina Wanimbo, warga Kampung Mamba, mengungkapkan rasa syukurnya setelah aparat hadir di wilayahnya.
“Sudah lama kami tidak ke puskesmas. Guru-guru takut tinggal di kampung. Sekarang ada tentara jaga, kami merasa aman. Anak-anak bisa belajar, kami bisa ke kebun, ” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Namun, peran aparat di tanah Papua bukan hanya tentang patroli atau senjata. Mereka hadir membawa logistik, membagikan sembako, hingga membuka posko kesehatan darurat di kampung-kampung yang belum tersentuh fasilitas medis.
Banyak di antara mereka yang rela menembus hutan berjam-jam demi memastikan bantuan sampai ke tangan warga. Mereka bukan sekadar penjaga batas negara, tapi juga pembawa harapan di tengah keterisolasian.
Kini, secercah cahaya mulai terlihat. Harapan akan kehidupan yang damai dan bermartabat kembali tumbuh di hati masyarakat. Mereka menanti, memanggil, dan percaya bahwa negara tidak akan tinggal diam.
Bagi mereka, aparat keamanan bukan hanya perisai—tetapi juga pelindung, pengayom, dan perpanjangan tangan kasih dari negeri yang besar bernama Indonesia. (***/Red)