Trump Lebih Suka Deal dengan Musuh, AS Sedang Tinggalkan Israel?

10 hours ago 2

loading...

Presiden AS Donald Trump telah berunding langsung dengan musuh-musuh Israel tanpa melibatkan rezim Zionis. Foto/Brookings

TEL AVIV - Presiden Donald Trump, dalam masa kepemimpinan keduanya, mengisyaratkan bahwa dia sedang menulis ulang kamus hubungan Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Di saat Presiden Joe Biden dikenal menerapkan pendekatan "bear hug", yakni dukungan vokal terhadap Israel disertai upaya diam-diam untuk mengekangnya, Trump justru tampil dengan pendekatan yang tampaknya berlawanan: keras dalam retorika pro-Israel, namun dingin dalam diplomasi kawasan.

Kunjungan Trump ke Timur Tengah pekan ini—yang tidak mencakup Israel—menjadi simbol paling nyata dari pergeseran ini. Meski Trump menyangkal bahwa ketidakhadirannya di Tel Aviv adalah bentuk pengabaian, dengan mengatakan bahwa perjalanannya “sangat baik untuk Israel", kenyataannya tak bisa disembunyikan: Israel tidak lagi menjadi pusat orbit diplomasi Timur Tengah AS di bawah Trump.

Baca Juga: Hubungan Trump-Netanyahu Retak Makin Dalam, Keduanya Saling Frustrasi

“Pesan yang konsisten dari Trump adalah, ‘Saya punya rencana untuk kawasan. Anda boleh ikut, tapi kalau mau diabaikan, silakan',” kata Nimrod Novik, mantan penasihat kebijakan luar negeri Shimon Peres saat berkuasa sebagai perdana menteri Israel, seperti dikutip dari Vox, Jumat (16/5/2025).


Trump yang Tak Sesuai Harapan Israel

Kemenangan Trump dalam Pemilu AS November lalu disambut dengan euforia di Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji Trump atas “kembalinya sejarah paling fenomenal” dan memprediksi adanya “komitmen besar terhadap aliansi hebat antara Israel dan Amerika.”

Optimisme itu tidak mengherankan. Dalam masa jabatan pertamanya, Trump dikenal sebagai presiden paling pro-Israel dalam sejarah AS, dari memindahkan kedutaan AS di Tel Aviv ke Yerusalem, mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, menginisiasi Abraham Accords, hingga membatalkan kesepakatan nuklir Iran era Barack Obama.

Namun, di periode keduanya, meski retorika tetap nyaring, kebijakan aktualnya mulai terasa menjauh.

Negosiasi dengan Musuh, Tanpa Israel

Pergeseran paling mencolok terlihat dari cara Trump mengelola diplomasi kawasan. Pemerintahannya diketahui telah menggelar pembicaraan langsung dengan tiga musuh utama Israel: Hamas, Iran, dan Houthi Yaman, tanpa melibatkan Israel—sebuah langkah nyaris tanpa preseden dalam sejarah hubungan kedua negara.

Pada Maret lalu, misalnya, Adam Boehler, utusan Trump untuk urusan sandera, bernegosiasi langsung dengan Hamas terkait pembebasan warga AS, tanpa koordinasi dengan Israel. Meskipun Boehler akhirnya dikeluarkan dari tim, Hamas kemudian membebaskan satu-satunya sandera Amerika yang tersisa, Edan Alexander, melalui jalur yang sama, bahkan tanpa sepengetahuan resmi dari Tel Aviv.

Yang lebih mengejutkan, saat Netanyahu berada di Gedung Putih bulan lalu, Trump mengumumkan dimulainya pembicaraan langsung dengan Iran mengenai program nuklirnya, tanpa memberitahu Israel sebelumnya.

Read Entire Article
Masyarakat | | | |