Investor Beralih ke Bitcoin saat Emas Terkoreksi dan The Fed Tahan Suku Bunga

7 hours ago 4

loading...

Di tengah memanasnya konflik geopolitik antara Iran dan Israel serta kebijakan moneter ketat dari Federal Reserve (The Fed), Bitcoin tetap bertahan. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Di tengah memanasnya konflik geopolitik antara Iran dan Israel serta kebijakan moneter ketat dari Federal Reserve (The Fed), Bitcoin tetap bertahan di level USD104.000. Sementara itu, harga emas global justru tergelincir 2,5% dari harga USD3.420 pada 13 Juni 2025 turun ke USD3.335 pada 20 Juni 2025, setelah The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga tinggi dan memperlambat laju pemangkasan dalam beberapa tahun ke depan.

Bitcoin (BTC) mencatat harga penutupan di kisaran USD104.000 dalam beberapa hari terakhir, bahkan saat indeks saham global seperti Nasdaq mengalami tekanan dan inflasi kembali menjadi kekhawatiran utama. Ketegangan meningkat setelah mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan mendukung rencana serangan ke fasilitas nuklir Iran, meskipun belum mengeluarkan keputusan final.

Di tengah ketidakpastian tersebut, pelaku pasar cenderung mencari aset alternatif yang mampu bertahan dari tekanan makro. Namun yang mengejutkan, harga emas yang selama ini dikenal sebagai instrumen lindung nilai justru melemah. Hal ini terjadi setelah The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%-4,50% dan memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan secara bertahap hingga 2027, tergantung perkembangan data ekonomi dan inflasi.

Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa inflasi masih memiliki potensi meningkat dalam beberapa bulan ke depan, dan ruang pemangkasan suku bunga bisa sangat terbatas. Sikap ini menekan minat terhadap logam mulia, termasuk emas, yang selama ini menjadi rujukan utama saat risiko global meningkat.

Vice President Indodax, Antony Kusuma, menyebut ketahanan Bitcoin dalam situasi penuh tekanan ini menunjukkan transformasi besar dalam pola pikir investor global terhadap aset digital.

“Ini bukan sekadar soal harga. Ini tentang bagaimana pasar global kini mulai menempatkan Bitcoin sebagai salah satu poros dalam peta strategi aset dunia. Ketika bank sentral semakin bersikap ketat dan geopolitik makin tidak pasti, investor mencari instrumen yang netral secara politik, terbuka, dan tidak bisa dimanipulasi. Bitcoin menjawab semua itu," ujar Antony dikutip, Sabtu (21/6).

Baca Juga: Industri Kripto Setor Pajak Rp1,2 Triliun, Indodax Sumbang 38,6%

Read Entire Article
Masyarakat | | | |